SEJARAH KERAJAAN
SINGHASARI DI JAWA TIMUR PADA ABAD 15
Kemunculan kerajaan Singhasari
tidak lepas dari peranan Ken Angrok, yang merupakan tokoh terkenal dengan
keburukan perilakunya. Dulunya kerajaan ini hanya daerah di bawah kekuasaan
kerajaan kadiri yang bernama Tumapel. Pemimpin ketika itu adalah Tunggul
Ametung yang mempunyai istri cantik
bernama Ken Dedes. Ketika Ken Angrok menjadi abdi Tunggul Ametung melalui
pelantara seorang brahmana, Ken Angrok pun tertarik dengan istri sang akuwunya
(Soejono, 2101: 421). Pada suatu malam, dibunuhnya akuwa Tunggul Ametung oleh
Ken Angrok< dengan sabilah keris
buatan Pu Gandreng. Rapinya proses yang dilakukan, seolah-olah bukan Ken Angrok
yang membunuh. (Soejono, 2010:
422). Setelah kematian Tunggul Ametung, Ken Angrok memperistri Ken Dedea dan menggantikan kedudukannya sebagai akuwu
Tumapel.(Soejono, 2010: 423). Suatu hari didatangi para brahmana dari Daha.
Mereka meminta perlindungan Ken Angrok dari tindakan raja Daha. Dengan izin
restu para brahmana Ken Angrok mengadakan penyerangan ke Daha melawan raja
Dangdang Gendis. Ken Angrok dapat mengalahkan raja Daha dan bala tentaranya.
Seluru kerajaan Daha akhirnya dikuasai Ken Angok (Soejono, 2010: 423).
Setelah kematian Ken Angrok tahta
raja digantikan oleh Anusapati. Dari kitap Pararaton,
Anusapati bukanlah anak Ken Dedes dan Ken Angrok, melainkan anak Ken Deden dan
Tunggul Ametung. Sepeninggal Ken Angrok, Anusapati menjadi raja. Ia memerintah
selama kurang lebih dua puluh satu tahun, yaitu dari tahun 1227 M sampai tahun
1248 M. (Soejono, 2010: 427). Lama-kelamaan kematian Ken Angrok oleh Anusapati
terdengar pula oleh Panji Tohjaya, anak Ken Angrok dari Ken Umang. Pada tahun
1248 M Anusapati dapat dibunuh oleh Tohjaya, ketika keduanya sedang menyambung
ayam (Soejono, 2010: 427). Setelah kematian Anusapati Tohjaya pun naik tahta
menggantikannya. Tapi pemerintahan yang dipimpin Tohjaya tidak berlangsung
lama, pemerintahannya hanya berselang beberapa bulan saja pada tahun 1248 M.
Pada masa itu terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Rajasa dan
orang-orang Sinelir (Soejono, 2010: 429/430).
Sepeninggal Tohjaya, pada tahun
1248 M Ranggawuni dinobatkan menjadi raja dengan bergelar Sri
Jayawisnuwarddhana. Menurut Nagarakrtagama Wisnuwarddhana meninggal dalam tahun
1268 M (Soejono, 2010: 433). Pemerintahan pada masa ini lebih lama jika
dibandingkan dengan pemerintahannya Tohjaya. Sebelum ayahnya meninggal,
Kertanagara sudah dinobatkan menjadi raja. Sebelum tahun 1268 M Kertanagara
dalam memerintah masih didampingi ayahnya, Raja Wisnuwarddhana. Kertanagara
adalah Raja yang proses perluasan daerahnya sangat gencar (Soejono, 2010:
435/436). Pada pertengahan bulan Mei dan bulan Juni 1292 M. Singhasari diserang
kerajaan Kadiri ketika itu dipimpin Jayakatwang dan dibantu Arya Wiaraja. Raja
Kertanagara pun gugur pada tahun 1292 M. Dan seluruh kerajaan Singhasari
dikuasai Jayakatwang (Soejono, 2010: 445).
Sejak tahun 1271 di Kadiri ada
raja bawahan, yaitu Jayakatwang yang bersekutu dengan Wiraraja dari Sungeneb
yang selalu memata-matai Kertanagara. Belum kembalinya pasukan Singhasari dari
Sumatra dan adanya insiden dengan Kubilai Khan dari Tiongkok, atas petunjuk dan
nasehat Wiraraja dalam tahun 1292 Jayakatwang melancarkan serbuan ke Singhasari
melalui utara untuk membuat gaduh dan dari selatan merupakan pasukan induk.
Kertanagara mengira serangan hanya dari utara, maka ia mengutus Raden Wijaya
(anak Lembu Ta, cucu Mahisa Campaka) dan Arddharaja (anak Jayakatwang) untuk
memimpin pasukan ke utara., sedangkan yang dari selatan berhasil memasuki kota
dan Karaton, dimana saat itu Krtanagara sedang minum berlebihan bersama dengan
mahawrddhamantri serta dengan para pendeta terkemuka dan pembesar lain, yang
katanya sedang melalukan upacara Tantrayana, terbunuh semuanya. (Soejono, 2010:
443/445).
Peninggalan-peninggalan kerajaan Singhasari
1.
Candi Singosari
Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di
antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab
Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman
komplek candi, candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja
Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang mangkat(meninggal) pada tahun 1292
akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang.
Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.
2.
Candi Jago
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini
cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita
setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra
dapat ditemui di candi ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas
bahan batu andesit.
3.
Candi Sumberawan
Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur.
Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan
Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan di
sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang
sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.
4.
Arca Dwarapala
Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut penjaga
situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke wilayah kotaraja,
namun hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti dimanan letak kotaraja
Singhasari.
5.
Prasasti Singhasari
Prasasti Singhasari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari,
Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis
dengan Aksara Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi
pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti
ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan
letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu
sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.
6.
Candi Jawi
Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan -
Kecamatan Prigen dan Pringebukan. Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat
pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat
pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara.
Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini
ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja
Kertanegara.
7.
Prasasti Wurare
Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya memperingati penobatan arca
Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare (sehingga prasastinya disebut
Prasasti Wurare). Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertarikh 1211
Saka atau 21 November 1289. Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang
bagi Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari, yang dianggap oleh keturunannya
telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Sedangkan tulisan prasastinya
ditulis melingkar pada bagian bawahnya.
8.
Candi Kidal
Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. Candi ini
dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari
Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248). Kematian Anusapati
dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari,
juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar