Rabu, 05 November 2014

Sejarah Kerajaan Singhasari di Jawa Abad 15

SEJARAH KERAJAAN SINGHASARI DI JAWA TIMUR PADA ABAD 15



 
Kemunculan kerajaan Singhasari tidak lepas dari peranan Ken Angrok, yang merupakan tokoh terkenal dengan keburukan perilakunya. Dulunya kerajaan ini hanya daerah di bawah kekuasaan kerajaan kadiri yang bernama Tumapel. Pemimpin ketika itu adalah Tunggul Ametung  yang mempunyai istri cantik bernama Ken Dedes. Ketika Ken Angrok menjadi abdi Tunggul Ametung melalui pelantara seorang brahmana, Ken Angrok pun tertarik dengan istri sang akuwunya (Soejono, 2101: 421). Pada suatu malam, dibunuhnya akuwa Tunggul Ametung oleh Ken Angrok< dengan sabilah  keris buatan Pu Gandreng. Rapinya proses yang dilakukan, seolah-olah bukan Ken Angrok yang membunuh. (Soejono, 2010:  422).  Setelah kematian  Tunggul Ametung, Ken Angrok  memperistri Ken Dedea  dan menggantikan kedudukannya sebagai akuwu Tumapel.(Soejono, 2010: 423). Suatu hari didatangi para brahmana dari Daha. Mereka meminta perlindungan Ken Angrok dari tindakan raja Daha. Dengan izin restu para brahmana Ken Angrok mengadakan penyerangan ke Daha melawan raja Dangdang Gendis. Ken Angrok dapat mengalahkan raja Daha dan bala tentaranya. Seluru kerajaan Daha akhirnya dikuasai Ken Angok (Soejono, 2010: 423).
Setelah kematian Ken Angrok tahta raja digantikan oleh Anusapati. Dari kitap Pararaton, Anusapati bukanlah anak Ken Dedes dan Ken Angrok, melainkan anak Ken Deden dan Tunggul Ametung. Sepeninggal Ken Angrok, Anusapati menjadi raja. Ia memerintah selama kurang lebih dua puluh satu tahun, yaitu dari tahun 1227 M sampai tahun 1248 M. (Soejono, 2010: 427). Lama-kelamaan kematian Ken Angrok oleh Anusapati terdengar pula oleh Panji Tohjaya, anak Ken Angrok dari Ken Umang. Pada tahun 1248 M Anusapati dapat dibunuh oleh Tohjaya, ketika keduanya sedang menyambung ayam (Soejono, 2010: 427). Setelah kematian Anusapati Tohjaya pun naik tahta menggantikannya. Tapi pemerintahan yang dipimpin Tohjaya tidak berlangsung lama, pemerintahannya hanya berselang beberapa bulan saja pada tahun 1248 M. Pada masa itu terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Rajasa dan orang-orang Sinelir (Soejono, 2010: 429/430).
Sepeninggal Tohjaya, pada tahun 1248 M Ranggawuni dinobatkan menjadi raja dengan bergelar Sri Jayawisnuwarddhana. Menurut Nagarakrtagama Wisnuwarddhana meninggal dalam tahun 1268 M (Soejono, 2010: 433). Pemerintahan pada masa ini lebih lama jika dibandingkan dengan pemerintahannya Tohjaya. Sebelum ayahnya meninggal, Kertanagara sudah dinobatkan menjadi raja. Sebelum tahun 1268 M Kertanagara dalam memerintah masih didampingi ayahnya, Raja Wisnuwarddhana. Kertanagara adalah Raja yang proses perluasan daerahnya sangat gencar (Soejono, 2010: 435/436). Pada pertengahan bulan Mei dan bulan Juni 1292 M. Singhasari diserang kerajaan Kadiri ketika itu dipimpin Jayakatwang dan dibantu Arya Wiaraja. Raja Kertanagara pun gugur pada tahun 1292 M. Dan seluruh kerajaan Singhasari dikuasai Jayakatwang (Soejono, 2010: 445).
Sejak tahun 1271 di Kadiri ada raja bawahan, yaitu Jayakatwang yang bersekutu dengan Wiraraja dari Sungeneb yang selalu memata-matai Kertanagara. Belum kembalinya pasukan Singhasari dari Sumatra dan adanya insiden dengan Kubilai Khan dari Tiongkok, atas petunjuk dan nasehat Wiraraja dalam tahun 1292 Jayakatwang melancarkan serbuan ke Singhasari melalui utara untuk membuat gaduh dan dari selatan merupakan pasukan induk. Kertanagara mengira serangan hanya dari utara, maka ia mengutus Raden Wijaya (anak Lembu Ta, cucu Mahisa Campaka) dan Arddharaja (anak Jayakatwang) untuk memimpin pasukan ke utara., sedangkan yang dari selatan berhasil memasuki kota dan Karaton, dimana saat itu Krtanagara sedang minum berlebihan bersama dengan mahawrddhamantri serta dengan para pendeta terkemuka dan pembesar lain, yang katanya sedang melalukan upacara Tantrayana, terbunuh semuanya. (Soejono, 2010: 443/445).

Peninggalan-peninggalan kerajaan Singhasari

1.       Candi Singosari

Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang mangkat(meninggal) pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.



 

2.       Candi Jago


 Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit.
 

3.       Candi Sumberawan


Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.
 
                
4.       Arca Dwarapala


Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut penjaga situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke wilayah kotaraja, namun hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti dimanan letak kotaraja Singhasari.  

 



5.       Prasasti Singhasari


Prasasti Singhasari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.

 
  


6.       Candi Jawi


Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan - Kecamatan Prigen dan Pringebukan. Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara. Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.

 


7.       Prasasti Wurare


Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya memperingati penobatan arca Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare (sehingga prasastinya disebut Prasasti Wurare). Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertarikh 1211 Saka atau 21 November 1289. Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang bagi Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari, yang dianggap oleh keturunannya telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Sedangkan tulisan prasastinya ditulis melingkar pada bagian bawahnya.

 


8.       Candi Kidal


Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248). Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.




sekian ......



Tidak ada komentar:

Posting Komentar